Kota Ku Tak Dianggap?


.

Pulau Jawa dan khususnya Ibukota, selalu menjadi sentral segalanya. Mulai dari pendidikan, kesehatan, informasi, dan mungkin pemerintahan kadang berat sebelah. Dapat kita sebut sebagai pemerintahan terpusat. Banyak orang yang ingin mengadu nasib kesana meninggalkan daerahnya, merasa hidupnya akan menjadi lebih baik.
Indonesia dikatakan sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia, namun entah apa arti dari dua kata tersebut. Mungkin, penyamarataan kemakmuran rakyat atau untuk setiap daerah dianggap sama dan tidak dibeda-bedakan. Namun, beberapa kenyataan membuat saya miris.
Bermula dari keinginana saya untuk mengikuti seleksi pembuatan Antologi Cerita dari FLP Kalimantan Barat. Salah satu syarat dari perlombaan yang batas akhir pengumpulan naskahnya bulan ini adalah setting atau latar dari cerita tersebut adalah Kalimantan Barat. Saya mulai berpikir, kira-kira tema apa yang bisa saya angkat dari provinsi saya ini. Selama ini, saya tidak terlalu berpikir untuk mengekspos daerah saya ini. Namun, karena lomba ini, saya mencoba mencari tema yang kira-kira menarik dan bisa saya tuangkan dalam bentuk tulisan.

Sungai Kapuas...

Itulah yang tiba-tiba saya pikirkan. Selain ini merupakan sungai terpanjang di Indonesia, sungai ini juga sangat dekat dengan tempat tinggal saya. Pada suatu lagu dikatakan, "Sungai Kapuas Punye Cerite. Bile kite udah minom aeknye. Biarpon pegi jaoh kemane. Sunggoh susah nak ngelupakannye."
Bagi orang Kalimantan Barat, khususnya kota saya, Pontianak, tentunya mengetahui keberadaan Sungai Kapuas. Saya juga merasa orang-orang di luar Kalimantan juga mengetahui keberadaan sungai ini. Sampai pada hari ini, saya mencoba mencari sedikit tentang sungai "kami" ini di internet. Saya terhenyak membaca sebuah blog. Penulis blog ini adalah pencinta pelajaran geografi, begitu pula saya. Saya juga sangat menyukai pelajaran sejarah. Saya teringat waktu saya masih duduk di bangku SMP, seorang guru berkata, "Jika saya menjadi seorang kepala sekolah (atau kalau tidak salah menteri pendidikan), saya akan menghapuskan pelajaran sejarah karena tidak berguna." Menurut saya bagaimana mungkin seseorang bisa lari dan melupakan sejarahnya.
Kembali kepada blog tadi, sang penulis menceritakan bahwa pada pelajaran geografi SD sekarang, nama Sungai Kapuas sama sekali tidak disinggung.

MIRIS....

Itulah yang saya rasakan ketika membaca sepenggal blog tersebut. Bagaimana mungkin Sungai Kapuas bisa tidak dimasukkan ke dalam buku pelajaran? Padahal mungkin itulah sarana terbaik untuk orang di luar Kalbar, agar mengetahui keberadaan sungai di Provinsi Kalimantan Barat sejak kecil. Entah bagaimana pengaturan kurikulum dan sumber-sumber buku pelajaran sekarang.
Saya juga teringat tentang cerita beberapa orang yang pernah keluar Kalimantan. Hampir setiap dikatakan kota Pontianak sebagai asal kotanya, orang lalu bertanya, "Pontianak itu dimana?"
Jeder....!!! Mungkin orang itu kurang menyukai pelajaran geografi atau ada alasan lain, kota kami kurang dikenal atau tidak ada yang berusaha untuk mengenal atau kami sendiri dari masyarakat Kalimantan Barat, khususnya Pontianak, kurang peduli dengan keberadaan kota kami sendiri?
Ya, sudahlah. Saya juga belum mendapatkan jawaban dari pertanyaan saya sendiri. Satu masalah lagi di tempat kami, krisis listrik. Sebagian orang mungkin tidak peduli, namun semoga masih ada yang peduli.

Hanya ingin orang tahu, ada Sungai Kapuas...
Dan...
Kota kami ada disini....
Kota Khatulistiwa
Pontianak, Kalimantan Barat.

2 Responses to “Kota Ku Tak Dianggap?”

  1. hmmmm...memang suatu yang dilematis...sulit untuk diungkapkan. bahasenye berat hahahaha

  2. iya nih.. jawa sentris masih berlaku

Your Reply