Hati Kita, Mungkin Mati


.

Tertawa. Mungkin adalah hal yang sudah biasa kita lakukan. Saat bercanda dengan keluarga, sahabat, ataupun sekedar menonton live show di televisi yang menghadirkan beberapa pelawak yang sudah tidak asing lagi kita lihat. Orang berkata tertawa itu bisa membuat sehat. Bahkan ada juga terapi tertawa di mana beberapa orang tertawa bersama-sama. Sebenarnya seberapa pentingkah tertawa?
Sangat penting. Itulah yang mungkin akan kita katakan. Seseorang yang tertawa akan terlihat lebih baik daripada orang yang cemberut. Tapi, benarkah tertawa itu selamanya baik? Tidak juga. Mungkin kita pernah melihat teman kita terjatuh, misalnya terpeleset atau mungkin kepalanya terbentur tembok. Lalu apa yang kita lakukan? Mungkin saja pertama kali yang kita lakukan adalah tertawa. Ironis memang, tapi itu mungkin sudah menjadi suatu hal biasa bagi sebagian orang. Lalu, bagaimana kalau kita yang berada apada posisi teman kita yang terjatuh itu? Apakah kita juga akan tertawa, alih-alih merasa sangat malu? Kita mau dihargai orang lain, tapi kurang usaha untuk menghargai orang lain terlebih dahulu. Kita belum bisa memperlakukan orang lain seperti apa yang inginkan. Mungkinkah itu yang namanya egois? Entahlah. Kita sendiri yang bisa menjawabnya.
Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah engkau memperbanyak tawa, karena sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati”.
Semoga saja kita bukan termasuk orang yang hatinya mati karena banyak tertawa. Hati yang mati tidak lagi merasa iba melihat kesulitan saudaranya dan mungkin saja akan menertawakannya. Dalam beberapa hal, bercanda memang boleh tapi tidak seharusnya sampai menyakiti hati saudara kita. Ini juga merupakan tulisan untuk mengingatkan diri saya sendiri. Terlalu banyak bercanda dan tertawa bisa menjadi hal yang negatif. Rasulullah saw sendiri yang bilang, lho. Masa nggak percaya?
Marilah kita menata hati kita kembali dan memperbaiki sikap kita kepada saudara kita. Kita mungkin berpikir beberapa hal yang kita lakukan biasa saja, namun bagi saudara kita itu telah menyakiti hatinya. Maka tertawalah bila perlu dan tidak berlebihan. Atau hati kita akan menjadi mati. Kalau hati sudah mati, bagaimana kita bisa merasakan? Bagaimana kita bisa memperbaiki diri, kalau kita tidak merasa salah? Hati-hatilah… Kata bang napi, “Waspadalah! Waspadalah!”

2 Responses to “Hati Kita, Mungkin Mati”

  1. wow...amazing, btw ini kan klu banyak tertawa, lalu kalau org yg banyak menangis gmn?

  2. kalau banyak nangis, berarti matanya bengkak mau. hehe. eh si deschan berangkat ke entikong hari ini y...

Your Reply