Sudahkah Kita Bersyukur Hari Ini?


.

Syukur...
Sebuah kata yang mungkin mudah untuk kita katakan. Sangat mudah, sehingga kita kadang kurang memaknai arti dari kata “syukur” itu sendiri. Pada posting kali ini saya ingin sedikit membahas hal ini.
Pernah mendengar lagu nasyid sebagai berikut?
Hidup tak selalunya indah
Langit tak selalu cerah
Gelap malam tak berbintang
Itulah Lukisan Alam
Jadilah rumput yang lemah lembut
Tak luruh dipukul ribut
Bagaikan karang di dasar lautan
Tak terusik dilanda badai
Dalam sukar
Hitunglah kesyukuranmu
Dalam senang
Awasi kealpaanmu
Setitik derita melanda
Segunung kurniaannya

Ya. Judulnya “Lukisan Alam”. Salah satu lagu nasyid yang cukup digemari oleh saya dan teman-teman Rohis sewaktu masih bersekolah di SMA Negeri 3 Pontianak. Kehidupan SMA yang cukup menyenangkan bersama teman-teman yang senantiasa mengingatkan saya kepada Allah swt. Apalagi dalam bulan ramadhan seperti saat ini. Saya bersama teman-teman berlomba-lomba melakukan kebaikan, salah satunya dalam hal tilawah. Terima kasih kepada Allah, saya diperkenalkan dengan teman-teman seperti mereka. Hingga sampai saat ini pun kami tetap menjalin silaturrahim dan ifthor bersama. Seperti yang terjadi pada hari kemarin. Pada lagu ini, walaupun yang saya tulis hanyalah sebagian dari lirik aslinya, saya berharap ini akan bermanfaat.
Dalam bait pertama lagu ini, diceritakan sebagai perumpaan hidup yang tidak hanya senang melulu. Kadang kita berada di atas, kadang pula di bawah. Semua orang yang hidup pasti mengalami dinamika hidup masing-masing. Namun, ada sebagian orang yang merasa bahwa dia kurang beruntung dibandingkan saudaranya. Misalnya dalam hal harta, kedudukan dan kepintaran. Ada yang menganggapnya sebagai takdir yang tidak bisa diubah. Orang bawah akan selalu di bawah dan yang sudah berada di atas angin tidak akan pernah turun ke bawah. Sebagai contoh adalah ungkapan “yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin”.
Namun, sebenarnya yang menentukan nasib kita adalah kita sendiri. Takdir terbagi dua, yaitu takdir yang tidak bisa diubah dan yang bisa diubah. Takdir yang bisa diubah contonya adalah jenis kelamin dan kematian. Sedangkan takdir yang bisa diubah adalah sesuatu yang kita tentukan sendiri. Takdir kita menjadi takdir yang baik atau tidak. Misalnya belajar untuk mendapatkan nilai yang baik atau sebaliknya. Apabila kita berusaha mendapatkan takdir yang baik menurut kita namun hasilnya tidak sesuai dengan keinginan kita, ketahuilah Allah yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita.
Kemudian pada bait kedua diceritakan kepada kita bahwa jadilah kita seperti rumput, yang walaupun “kecil” kita dapat tetap bertahan dalam hidup ini. Begitu pula jadilah kita “besar” seperti karang yang walaupun telah dihantam keras oleh ombak, namun tetap teguh. Semoga kita tetap dapat menjalani hidup tetap istiqomah di jalan Allah swt. Karena walaupun penuh perjuangan, kita bisa merasakan manisnya iman dalam perjalanan hidup ini.
Di bait ketiga kita dihadapkan pada dua keadaan di dunia yaitu disaat sukar dan senang. Karena kedua hal ini akan selalu ada selama kita hidup. Dari ke dua hal tersebut syukurlah yang menjadi jembatannya. Dalam keadaan sukar mungkin kita pernah berpikir dan bertanya, “Mengapa aku yang diberi musibah seperti ini, bukan orang lain?” Mungkin kita tidak menyadari bahwa dalam keaadaan senang kita kurang dapat bersyukur. Sehingga ketika di saat sukarlah kita baru menyadari bahwa nikmat Allah swt begitu besar. Di saat senang terkadang kita lalai untuk bersyukur kepadaNya, sehingga tidak salah Allah swt perlu menguji kita dengan kesukaran. Kadang kesukaran itulah yang bisa membuat kita sadar dan bersyukurlah Allah swt masih mau mengingatkan kita. Kita sungguh harus bersyukur Allah swt tidak membiarkan kita terlena dalam kesalahan dan kealpaan.
Kemudian di bait terakhir kita diingatkan sekali lagi dengan rasa syukur. Kita diingatkan bahwa dalam penderitaan yang kita alami sebenarnya sama sekali tidak sebanding dengan nilai karunia yang telah diberikan oleh Allah swt kepada kita. Sekali lagi kita diingatkan untuk bersyukur. Bukanlah hal yang susah untuk berterima kasih atas segala yang telah diberikan kepada kita. Apalagi itu semua adalah karunia sang pencipta. Rasa syukur itu membuat kita tidak akan merasa kekurangan.
Jadi, sudahkah kita bersyukur atas semua karunia Allah swt?

8 Ramadhan 1430 H
Pukul 23.13
Ditemani instrumen muhasabah
Mari memuhasabah diri agar kita tahu apa yang perlu diperbaiiki dari diri kita
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Your Reply