Saya Introvert, Bukan Antisosial


.


Setelah bertahun-tahun saya hidup, ternyata saya baru menyadari bahwa saya adalah seorang introvert? Awalnya saya menyadari ini setelah membaca komentar seorang teman terhadap saya. Dia mengatakan bahwa saya adalah tipe orang yang introvert dan dia menyarankan agar saya lebih peduli pada orang lain.

Introvert? Saya sangat asing dengan kata-kata itu. Apa itu introvert? Kok, saya nggak pernah dengar, ya? Akhirnya mau tidak mau saya harus cari di internet, karena saya cukup penasaran. Setelah saya baca ternyata ini nih ciri-ciri orang introvert (http://dunia-panas.blogspot.com)
1. Dalam Keseharian
Serius, tenang, kekuatannya pada konsentrasi dan ketelitian. Praktis, rapi, tidak berbelit-belit, logis realistic dan dapat dipercayai, terorganisir dengan baik. Bertanggung jawab mewujudkan idenya sendiri dalam menyelesaikan sesuatu tugas dan melakukan terus menerus daripada melakukan protes atau gangguan.
2. Pengamat yang Bagus
Penonton yang tenang, pendiam, mengamati dan menganalisa kehidupan dengan keingintahuannya yang objektif dan lontaran humor yang orisinil yang sering tidak disukai orang lain. Biasanya tertarik dalam memahami sebab-akibat, bagaimana dan mengapa hal-hal mekanis bekerja dan dalam mengorganisir fakta-fakta dengan menggunakan prinsip-prinsip logika. Unggul dalam mendekati inti dari sebuah masalah praktis dan menemukan solusi.
3. Kepribadian
Tenang, bersahabat, bertanggungjawab dan berhati-hati. Setia menjalankan kewajibannya. Mampu menciptakan kestabilan pada tiap proyek atau kelompok. Teliti sungguh-sungguh, akurat. Minat mereka biasanya bukan pada hal teknis. Dapat bersabar pada hal detil. Loyal, cerdik, memperhatikan perasaan orang lain, perhatian.
4. Perasaan
Pemalu ramah, sensitive, baik, rendah hati terhadap kemampuannya. Menghindari pertentangan, tidak memaksakan pendapatnya atau nilai-nilainya pada orang lain. Biasanya tidak tertarik untuk memimpin tetapi merupakan pengikut yang loyal. Santai dalam menyelesaikan tugas karena mereka menikmati hal-hal yang dikerjakannya dan tidak ingin merusaknya dengan tergesa-gesaaan atau pemerasan energi yang tidak sepantasnya.

Ada juga yang bilang seperti ini : Khas dari introvert adalah pendiam, pemalu, mawas diri, gemar membaca, suka menyendiri dan menjaga jarak kecuali dengan teman yang sudah akrab, cenderung merencanakan lebih dahulu – melihat dahulu – sebelum melangkah, dan curiga, tidak suka kegembiraan, menjalani kehidupan sehari-hari dengan keseriusan, dan menyukai gaya hidup yang teratur dengan baik, menjaga perasaannya secara tertutup, jarang berperilaku agresif, tidak menghilangkan kemarahannya, dapat dipercaya, dalam beberapa hal pesimis, dan mempunyai nilai standar etika yang tinggi (Aiken, 1993 : 87).


Dilihat dari semua ciri-ciri di atas sebagian besar cocok dengan kepribadian saya, walau ada yang tidak sesuai juga. Tipe introvert lebih bisa memahami tipe ekstrovert, namun tidak sebaliknya (dari saya yang baca sih, gitu). Saya juga pernah membuktikan hal itu dengan salah satu teman saya yang ekstrovert. Saya kadang berpikir bahwa saya selalu bergaul dengan orang-orang yang egois dan seringnya tidak mempedulikan apa yang saya rasakan dan inginkan serta lebih mementingkan apa yang mereka rasakan dan inginkan. Saya selalu bingung, kenapa saya tidak benci dengan orang-orang seperti itu, Ternyata ini juga di karenakan oleh kepribadian saya.

Saya memang penonton dan pendengar yang baik, kadang terlalu menggunakan logika sehingga teman saya pernah bahwa saya tidak berperasaan. Masa, sih? Kalau dibilang tenang, ya lumayan juga. Saya juga sangat memperhatikan perasaan orang lain (cieeeee). Bukan hal yang luar biasa, sih. Hanya menempatkan diri saya di posisi orang lain jika ingin melakukan sesuatu terhadap orang lain. Namun, saya sama sekali tidak perhatian terhadap orang lain, dalam arti saya kurang peduli dengan masalah orang lain dan tidak peka. Teman saya sering mengatakan kalau saya selalu ketinggalan berita dengan ketidak-pekaan saya. Saya memang agak bermasalah dengan hal tersebut. Sangat susah menjadi orang yang peduli.

Saya juga menghindari pertentangan. Saya tidak suka ribut. Saya selalu memilih hal-hal yang aman dan nyaman. Kurang menyukai tantangan.Tidak tertarik memimpin tapi kalau dipimpin, bagi saya oke-oke saja. Nah, kalau dibilang santai dalam menikmati pekerjaan, itu saya banget (nah lho, kok bangga?). Sebenarnya ini juga sifat yang kurang baik juga. Namun, ya begitulah saya.

Kalau dibilang pendiam, ya pendiam. Tapi, dengan orang yang saya kenal baik saya tidak bisa dibilang pendiam. Cukup gemar membaca, namun saya sepertinya harus mulai bekerja agar dapat membeli buku-buku yang saya inginkan. Suka menyendiri itu pasti. Saya merasa lebih tenang sendiri dibandingkan berkumpul dengan banyak orang. Namun, bukan berarti saya antisosial. Saya senang berkumpul dengan teman yang sudah kenal baik dengan saya. Namun, tidak lebih dari itu. Misalnya kalau belajar bersama dengan teman yang sudah saya kenal baik, itu hal yang biasa bagi saya. Namun, pada suatu acara, saya teringat outbond tahun lalu, di saat semua orang tertawa-tawa gembira dan berkumpul di akhir acara, saya lebih senang menjauhi keramaian itu. Semua itu membuat saya tidak tenang. Keramaian adalah hal yang agak menyebalkan .

Saya juga menyadari satu hal. Saya sangat menyukai kegiatan mengoleksi manga favorit saya Q.E.D. Saya sangat menyukai sang tokoh utama, So Toma. Pemuda jenius yang lulus dari MIT pada usia 15 tahun. Meski Toma sangat pintar, dia introvert dan kurang bisa memahami hubungan antar manusia. Pertama-tama saya mengira manga berseri yang satu-satunya pernah saya koleksi sari SMP ini sangat saya sukai karena si pemeran utama adalah seorang pemuda jenius yang kuliah di MIT dengan segala kesempurnaannya. Namun, akhirnya saya menyadari sesuatu. Saya menyukai manga ini karena sang tokoh utama adalah seorang INTROVERT, SEPERTI SAYA (minus jenius, karena saya nggak jenius).

Dalam suatu seri, Toma pernah menghindar dari keramaian festival sekolah dan Mizuhara menanyakan apakah ia tidak menyukai hal tersebut.
Toma menjawab, “ Selama ini aku selalu sendiri. Tapi, hari ini dunia luar itu sedikit-demi sedikit masuk ke dalam diriku. Aku tidak biasa seperti itu. Jadi ingin menyendiri sebentar.”
“Kenapa? Nggak suka?” Tanya Mizuhara lagi.
Toma menjawab sambil tersenyum, “Aku senang, kok. Rasanya aneh.”

Begitulah tipe introvert. Suka menyendiri dan kesendirian setelah berada dalam keramaian seperti charger untuk mengisi energinya kembali. Lalu mengapa kami dibilang aneh?

Dalam sebuah situs yang sangat mencerminkan apa yang saya rasakan berkata : (http://umum.kompasiana.com)

Aku bisa berkomunikasi,
Aku bisa bersosialisasi,
Aku bisa bergurau,
Aku punya teman…
Dan bahkan sahabat

Aku layaknya orang lain.
Aku normal.
Aku sangat normal.

Tapi jika boleh memilih,
Aku lebih suka menyendiri…
Aku lebih suka diacuhkan…
Aku lebih suka diam...

Aku tidak suka keramaian,
Orang-orang…
Tempat-tempat…
dan hal-hal baru yang asing denganku.

Have you ever heard? seseorang yang membutuhkan kesunyian setelah berada di keramaian… seseorang yang butuh lebih banyak kesendirian, setelah beberapa saat dalam kebersamaan…

they’re INTROVERTS

Namun, sifat introvert saya sudah mulai berkurang ketika masuk ke perguruan tinggi. Saya sudah mulai berorganisasi dan lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain, walaupun sifat introvert itu masih sangat menempel pada diri saya. Bagaimanapun, itu bukan hal yang mudah untuk dihilangkan. Kami dikatakan sebagai kaum minoritas yang hanya 25-30% dari seluruh manusia.

Tapi setidaknya saya sudah mulai membuka diri. Saat SMA saya pernah masuk dalam kategori murid ter-Jaim (apa coba maksudnya ada kategori kayak gini? Saya juga nggak ngerti). 
Saat reuni bersama teman SMP, seorang teman saya pernah berkomentar, “Wah, icha beda ya dengan dulu. Lebih banyak ngomong.” 
Saya hanya tersenyum mendengar komentarnya. 
Dan teman SMA saya juga pernah berkomentar saat kami makan bersama di dekat kampusnya, “ Wah, icha beda ya dengan SMA dulu. Lebih banyak bicara dan terbuka.” 
Saya bertanya, “Aneh, kah?” 
Dia menjawab.” Nggak, kok. Itu hal yang bagus.”

Jadi, beginilah saya sekarang. Sudah mulai sedikit demi sedikit berubah dengan tetap menjadi seorang introvert yang tidak antisosial.

5 Responses to “Saya Introvert, Bukan Antisosial”

  1. Mikochin says:

    dulu chi introvert, sekarang udah berubah jadi ekstrovert kekny, hahaha

  2. wah,,,,wo disindir. egois??? emang sih rada2 egois gitu. wo suka bilang dirimu ketinggalan berita??? tapi emang benarkan??? buktinya istilah introvert jak baru dengar sekarang padahalkan udah lama tu umurnya,,,wkwkwkwkwk
    peace....

  3. mikochin : Ho oh, ci introvert tu bisa dilatih jadi ekstrovert kali y. Angah waktu kuliah baru bisa jadi agak bisa ilang dikit2 introvertnya. Malahan jadi agak "gila". hahaha

  4. Kerroppi : Never mind, bu. Sejak mengenal anak2 farmasi yang narsis wo juga jadi g terlalu introvert... Untung deh... Tapi, kalo ketinggalan berita tuh masih. hahaha

  5. dani says:

    ada sedikit persamaan sama yang di atas tapi saya bukan seseorang menyukai pertemanan dan lingkungan

Your Reply