Penulis Itu Luar Biasa


.



Menjadi penulis. Saya pikir itu akan sangat keren dan sekaligus sulit. Seseorang ingin menjadi penulis bukan semata-mata ingin terkenal atau mendapatkan banyak uang. Bukan pengarang yang menulis buku dengan genre yang sama dan judul yang dimirip-miripkan -begitu juga dengan sampul depannya- dengan buku yang pada suatu waktu telah menjadi buku best seller atau bahkan sold out. Saya sedikit kurang setuju dengan pengarang ‘aji mumpung’ yang seperti itu. Tapi, sepenuhnya adalah hak mereka dan pembacalah yang akan menilainya. Setidaknya mereka punya kemampuan menerbitkan buku. Jadi, yah bertebarlah buku-buku seperti itu di mana-mana.

Buku punya kekuatan yang hebat. Itu seperti sesuatu yang bisa mengubah orang lain. Saya juga sering terpengaruh oleh buku-buku yang saya baca. Tentu saja banyak buku-buku yang akan memberikan pengaruh positif bagi pembacanya. Namun, ada juga yang sebaliknya banyak juga buku-buku yang menyesatkan. Yah, buku bisa dikatakan sebagai ‘pencuci otak’ yang efektif. Itu tidak bisa dilepaskan dari peran sang penulis yang brilian. Ada seorang penulis yang bukunya sedang saya baca sekarang. Sebenarnya buku itu sudah diterbitkan cukup lama, hanya saja saya baru tertarik membacanya sekarang. Oke, sebenarnya bukan seperti itu. Tepatnya saya sudah tertarik dari dulu, namun baru sekarang saya mendapat kesempatan membaca buku itu karena buku itu sulit didapat di kota ini. Buku yang luar biasa ada di belakang penulis yang luar biasa pula. Itulah yang saya simpulkan dari buku-buku beliau yang saya baca.

Kadang kita akan sangat sulit untuk menulis apa yang ingin kita sampaikan kepada orang lain. Jika itu karangan fiksi mungkin bisa melakukannya dengan penyampaian yang implisit. Jika itu tulisan non fiksi, kita perlu menyiapkan cara penyampaian yang bisa diterima dengan baik oleh pembaca. Kadang ada buku yang ketika dibaca seperti menggurui atau baru beberapa lembar membolak-balik halamannya, sang pembaca sudah mendengkur dengan nyaman seperti yang sering saya alami saat membaca bahan ujian. Untuk yang satu itu, saya sarankan untuk tidak membacanya di atas tempat tidur karena efek sedatif dan hipnotiknya sangat baik -itu menurut saya pribadi. Begitulah, menjadi penulis non fiksi butuh keahlian tersendiri untuk menarik perhatian pembaca.

Dulu saya sangat menyukai menulis fiksi. Saya suka mengaitkan apa yang terjadi dalam kehidupan saya atau dari apa yang terjadi pada hidup orang lain. Sayangnya saya bukan orang yang cukup peduli dengan kehidupan orang lain. Saya punya sedikiti banyak sifat introvert. Hal yang saya sukai dari seorang penulis fiksi adalah mereka seperti seorang psikolog. Mereka bisa membuat banyak karakter dalam suatu cerita dan mereka tidak keluar jalur dalam membuat tulisan mereka. Sedangkan akhir-akhir ini saya sedang menyukai tulisan non fiksi. Berbeda dengan tulisan fiksi yang bisa saya baca dengan cepat tiap halamannya, perlu pemahaman yang mendalam membaca tulisan non fiksi. Kadang saya harus kembali meresapi kata-kata yang ada pada satu halaman dengan membacanya berkali-kali. Membaca tulisan non fiksi membuat saya berpikir lebih banyak daripada saat saya membaca tulisan fiksi. Baik fiksi maupun non fiksi, saya merasa punya kelebihan dan kekurangan masing. Tapi apabila penulisnya handal, keduanya akan sama-sama luar biasa. Karena itulah saya merasa menjadi penulis itu sangat luar biasa.

Your Reply