Tak Seperti Biasanya


.


Tak seperti biasanya Kamis malam lalu Jatinagnor gelap. Terjadi kebakaran gardu listrik di bagian timur Bandung yang merupakan pusat listrik Jatinagor. Kami yang semula tidak pernah jadi membeli lampu emergency untuk berjaga-jaga kalau listrik padam, akhirnya rencana ini bisa terealisi ketika listrik benar-benar padam. Malam Jum’at. Entah kenapa padamnya listrik waktunya begitu pas. Sehingga Ami memutuskan untuk menginap di kosan kami -saya dan Dessy- lebihnya tepatnya di kamar Dessy yang selalu kami jadikan basecamp saat mengerjakan tugas dan tempat kami meletakkan printer yang kami beli patungan.
 Dessy yang baik hati, tidak sombong, dan superhero (jangan geer, des kalo baca ini), dengan rela menyediakan kamarnya untuk kami “gunakan bersama”. Saya yang sebenarnya kamarnya tepat di sebelah Dessy juga akhirnya ikut ‘mengungsi’ untuk menemani Ami yang tidak mau menginap sendiri. Akhirnya saya harus meninggalkan kasur dan tidur di atas karpet. Dessy tetap tidur dia atas kasurnya dan mempersilahkan kami, para tamu, untuk tidur di atas karpet. Sungguh Dessy yang “baik hati”. Dessy yang merupakan pengunjung setia blog ini dengan alasan, siapa lagi yang mau baca kalau bukan teman sendiri. Kok, kesannya kasihan banget, ya?
Inti kegiatan menginap kami hari itu adalah untuk mengenal diri kami masing-masing dengan lebih baik. Teringat dengan dengan teman-teman Rohis SMA, dimana setiap kami berkumpul hampir selalu bermain truth or dare yang bertransformasi menajadi truth and truth karena tidak ada yang mau memilih dare ketika diminta berlarian ala India di tengah hujan dengan memakai selendang. Berbeda dengan permainan truth and truth yang saya lakukan bersama teman-teman Rohis SMA, kali ini kami bertiga, saya, Ami, dan Dessy langsung bercerita secara bergantian tanpa perlu ditunjuk, kecuali mungkin untuk Dessy. Entah karena Dessy tidak mau bercerita atau memang tidak ada yang bisa diceritakan. Alhasil, saat saya dan Ami sedang asyik bertukar cerita dan pikiran, Dessy sudah tidur dengan nyenyak di kasurnya. Oke, untuk hal yang satu ini memang sudah tidak bisa diselamatkan, Mungkin untuk Dessy, tanpa ponsel, netbook, dan koneksi internet adalah akhir dari segalanya. Semoga saja ini bukan efek dari masa kecil kurang bahagia dan ajaibnya Dessy ternyata belum pernah nonton Film Titanic. Sungguh fantastis. Saya anggap ini sebagai ini efek anak baik. Eh, saya melenceng dari tujuan semula dan kenapa mesti mengeksplorasi serta mengeksploitasi cerita tentang Dessy yang baik hati.
Flashback di siang hari sebelum kami memutuskan menginap di kamar Dessy, memanfaatkan isi batere netbook yang masih tersisa, saya mengajak Ami dan Dessy sedikit mengenal kepribadian kami masing-masing. Saya menjelaskan sedikit tentang tipe kepribadian sanguine, koleris, melankolis, dan pregmatis. Kemudian pembagian yang lebih umum yaitu tipe kepribadian ekstrovert (sanguine dan koleris) dan introvert (melankolis dan pregmatis). Ternyata hasilnya kami bertiga sama-sama dominan introvert. Kami mencoba tes mbti yang saya dapat dari internet tahun lalu dan hasilnya Ami 53% introvert. Saat mengetahui hasil tes bahwa Dessy 93% introvert, saya dan Ami sedikit tak percaya bahkan tertawa. Dan, yang paling mengejutkan ternyata saya yang paling parah, absolutely introvert, tingkat introvert saya 100%. Kamis malam itu berakhir saat kami memutuskan untuk tidur dan kami semakin saling mengenal diri kami masing-masing.
Benar adanya saat dikatakan bahwa kita tidak akan benar-benar mengenal seseorang sebelum kita mengalami perjalanan jauh bersamanya, menginap bersamanya, dan bermuamalah dengannya. Sehingga kita tidak bisa berkomentar sembarangan tentang seseorang jika kita belum mengenalnya dengan baik. Bisa-bisa itu jadi fitnah, kan.
Teman-teman seperjuangan, semoga kita sukses dunia dan akhirat ^^

Your Reply