Wajar Saja


.


Saya ingin sedikit memberikan pendapat mengenai fenomena yang sering saya jumpai sejak duduk di sekolah dasar hingga bangku kuliah. Fenomena yang biasa terjadi di kalangan teman sekelas atau seangkatan yang selalu membuat saya agak bingung dan miris. Fenomena ini sering terjadi saat pengumuman nilai ujian. Berbagai komentar yang muncul ketika nilai tersebut diumumkan secara langsung maupun tidak langsung. Salah satunya adalah komentar dari anak yang merasa dirinya “tidak terlalu pintar” mengenai nilai anak yang di rasa paling pintar di kelas.
Biasanya akan ada komentar seperti, “Dia sih pintar, pantes dapat niai tinggi.” Atau mungkin seperti ini, “Wajar aja nilainya segitu, emang dia yang paling pintar di kelas.”
Walaupun itu adalah komentar yang mungkin biasa-biasa saja menurut mereka namun sebenarnya itu seperti suatu pembenaran bahwa yang berkomentar sah-sah saja jika tidak mendapat nilai tinggi karena merasa dirinya tidak pintar.
Hal yang menjadi perhatian saya adalah, orang-orang yang berkomentar seperti itu mungkin saja tidak pernah melihat, tidak pernah memperhatikan, atau tidak pernah ambil pusing, terhadap perjuangan si anak yang paling pintar di kelas. Mereka tidak tahu seberapa keras si anak paling pintar tersebut dalam belajar. Mereka hanya menganggap hal itu hal yang wajar karena dia pintar. Titik.
Kenapa ya, hal itu tidak membuat si komentator menjadi lebih terpacu untuk berjuang menjadi lebih baik, alih-alih hanya mengomentari hal tersebut.
Tulisan ini saya buat karena melihat perjuangan sahabat saya yang selalu di cap sebagai anak paling pintar di kelas bahkan di angkatan kami selama sekolah dan dia berhasil mendapatkan beasiswa penuh untuk kuliah kedokterannya. Saya sangat tahu perjuangan apa yang sudah dia lakukan untuk mencapai  semua itu karena saya mengenalnya sejak duduk di sekolah dasar.
Dan sekali lagi saya sering mendengar orang yang berkomentar begini, “Dia sih pintar, wajar saja seperti itu.” Manusia kadang membentengi dirinya dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya, agar tidak terlihat lemah di hadapan orang lain.
***
·    Ujian tahap dua sudah selesai. Masih ada dua ujian lagi yang menunggu bulan dapan, ujian komprehensif dan ujian kompetensi profesi. Semoga bisa saya lalui dengan lancar dan ilmu yang didapatkan menjadi ilmu yang berkah. One step closer to be a pharmacist…

Your Reply